tugas tenaga kesehatan

Minggu, 19 Februari 2012

POSGIAT (Pos Gizi Masyarakat)





KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas hidayah dan karuniaNya, kami dapat menyusun laporan kegiatan program Gizi pada Puskesmas Jereweh Tahun 2011. Khususnya kegiatan POSGIAT atau Pos Pelayanan Gizi Masyarakat guna penanggulangan Masalah Gizi Masyarakat khususnya masalah Gizi Buruk dan Gizi Kurang yang terjadi pada bayi dan balita di wilayah kerja puskesmas Jereweh Kabupaten Sumbawa Barat.
Dengan tersusunnya laporan ini kami tak lupa mengucapkan terima kasih yang tak terhingga, yang mana tidak dapat kami sebutkan satu per satu khususnya seluruh pihak yang terlibat langsung baik dalam proses kegiatan, pendanaan hingga tersusunnya laporan ini.
Kami juga berharap bahwa dengan adanya kritik dan saran terhadap seluruh rangkaian kegiatan ini guna untuk meningkatkan kinerja dan kegiatan program Gizi di masa yang akan datang.


Jereweh, 27 Desember 2011

Penyusun,





BAB I PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang

Salah satu tujuan pembangunan di era millennium yang telah tercantum dalam kesepakatan MDG’s adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat yang di dukung oleh bidang kesehatan. Dimana masalah kesehatan dewasa ini sangat kompleks terjadi di setiap lapisan masyarakat, salah satunya merupakan masalah-masalah gizi yang tak lepas dari masalah Gizi Buruk dan Gizi Kurang. Tercatat 13,8 % balita di Indonesia mengalami masalah Gizi buruk gizi kurang maupun gizi buruk (Riskesdas tahun 2007).

Mengingat masih banyaknya jumlah balita yang menderita gizi buruk dan gizi Kurang, tidak terkecuali di wilayah kerja puskesmas Jereweh juga terdapat masalah gizi buruk dan gizi kurang. Pada awal tahun 2011 tercatat 4 kasus gizi buruk dan 32 kasus gizi kurang berdasarkan indikator berat badan menurut umur (BB/U) dari hasil penimbangan yang dilakukan di posyandu.

Didasarkan pada asumsi bahwa beberapa solusi untuk masalah-masalah masyarakat sudah ada di dalam masyarakat dan hanya perlu diketemukan. Karena perubahan perilaku berlangsung perlahan, sejumlah besar Tokoh masyarakat dan  kesehatan masyarakat setuju bahwa solusi-solusi yang diketemukan dalam suatu masyarakat dapat lebih bertahan dibandingkan dengan solusi dari luar yang dibawa masuk ke dalam masyarakat tersebut. kegiatan  Posgiat memanfaatkan kearifan lokal yang berhasil mengobati dan mencegah kekurangan gizi dan menyebarluaskan kearifan tersebut ke seluruh masyarakat yang ada di wilayah kerja puskesmas Jereweh.

Di Puskesmas Jereweh telah melaksanakan serangkaian kegiatan program Gizi terutama Gizi Masyarakat diantaranya pemantauan status gizi balita di posyandu, Membina Kelompok Kadarzi tingkat Dasa Wisma, Pelacakan Balita Gizi Buruk, Penyuluhan Gizi dan kegiatan-kegiatan lainnya dengan sasaran seluruh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Jereweh.

Dalam rangka penanggulangan masalah gizi buruk dan gizi untuk itu perlu dilaksanakan secara maksimal dengan membentuk posgiat (pos gizi Masyarakat) yang berbasis masyarakat dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat guna memantau dan mengawasi pelaksanaan kegiatan tersebut. Di wilayah kerja Puskesmas Jereweh telah dibentuk 3 (tiga) Posgiat yang ada di desa beru, Dasan Anyar dan Jelenga.


B.      Tujuan

1.      Tujuan umum
 Meningkatkan status gizi balita serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara menyeluruh di wilayah kerja Puskesmas Jereweh.

2.      Tujuan Khusus :
a.         Meningkatkan konsumsi balita
b.         Meningkatkan pengetahuan  dan keterampilan ibu balita
c.          Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader posyandu









BAB II POSGIAT (POS GIZI MASYARAKAT)
A.           Pengertian
Pos Gizi Masyarakat (Posgiat) yaitu, suatu wadah atau tempat yang berbasis keluarga dan masyarakat  untuk mendapatkan pelayanan gizi  bagi balita gizi buruk dan gizi kurang yang dilaksanakan oleh kader dan masyarakat dengan bimbingan petugas kesehatan untuk dapat mengurangi jumlah anak kurang gizi pada saat ini dan mencegah terjadinya kekurangan gizi setelah program tersebut selesai dilaksanakan.

B.            Manfaat
1.       Dengan cepat memulihkan anak-anak kurang gizi yang diidentifikasi di dalam masyarakat.
2.      Memungkinkan keluarga-keluarga tersebut mempertahankan status gizi baik  anak tersebut di rumah masing-masing secara mandiri.
3.      Mencegah kekurangan gizi pada anak-anak yang akan lahir kemudian dalam asyarakat tersebut, dengan merubah norma-norma masyarakat mengenai perilaku-perilaku pengasuhan anak, pemberian makan, dan mencari pelayanan kesehatan.

C.            Pendekatan Pos Gizi
Pada pendekatan Pos Gizi Masyarakat, para kader dan ibu balita/pengasuh anak-anak kurang gizi mempraktekkan berbagai perilaku baru dalam hal memasak, pemberian makan, kebersihan dan pengasuhan anak yang telah terbukti berhasil dalam merehabilitasi anak-anak yang kurang gizi. Berbagai kebiasaan terpilih tersebut berasal dari hasil penemuan dan berbagai perilaku kunci yang dikemukakan oleh para ahli kesehatan masyarakat. Para kader secara aktif melibatkan ibu dan anak dalam proses rehabilitasi dan pembelajaran dalam situasi rumah yang nyaman dan bekerja agar keluarga-keluarga tersebut dapat mempertahankan status gizi anak yang sudah baik di rumah. Kegiatan Pos Gizi terdiri dari rehabilitasi dan pendidikan gizi selama periode tertentu yang diikuti dengan kunjungan para kader ke rumah setiap ibu balita/pengasuh.

Pendekatan Pos Gizi Masyarakat mendorong terjadinya perubahan perilaku dan memberdayakan para ibu balita/pengasuh untuk bertanggungjawab terhadap rehabilitasi gizi anak-anak mereka dengan menggunakan pengetahuan dan sumber daya lokal. Setelah pemberian makanan tambahan berkalori tinggi selama dua minggu, anak-anak menjadi lebih bertenaga dan nafsu makan merekapun bertambah. Perubahan nyata yang terlihat pada anak, dengan disertai metode “belajar sambil bekerja”, akan meningkatkan kepercayaan diri dan ketrampilan ibu balita/pengasuh dalam berbagai perilaku pemberian makan, pengasuhan anak, kebersihan, dan mencari pelayanan kesehatan.

Adanya perilaku-perilaku yang lebih baik, tanpa memperdulikan latar belakang pendidikan sang ibu, akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Pendekatan ini telah berhasil mengurangi angka kurang gizi pada kelompok masyarakat sasaran dengan memampukan para anggota masyarakat untuk menemukan kearifan dari “ibu-ibu ” dan mempraktekkan kearifan tersebut dalam kegiatan harian Pos Gizi. Pos Gizi Masyarakat adalah alat mobilisasi masyarakat yang efektif, “menggembleng” masyarakat untuk bekerja dengan melibatkan berbagai lapisan sosial di masyarakat tersebut, untuk bekerjasama mengatasi masalah dan menemukan solusi dari dalam masyarakat mereka sendiri. Pendekatan ini menitikberatkan pada upaya memaksimalkan sumber daya, ketrampilan dan strategi yang ada untuk mengatasi suatu permasalahan Gizi harus disesuaikan dengan kondisi lokal dan langkah pelaksanaannya fleksibel, ada beberapa elemen penting yang harus dimasukkan untuk mempertahankan keefektifan dari pendekatan  Pos Gizi.






Pengalaman telah menunjukkan bahwa semua program yang efektif:
1.      Melakukan Pelacakan kasus Gizi Buruk dalam setiap kelompok masyarakat sasaran dengan melibatkan para anggota masyarakat dan petugas Kesehatan.
2.      Melibatkan ibu-ibu kader setempat untuk menyelenggarakan kegiatan Pos Gizi dan melakukan tindak lanjut-kunjungan rumah.
3.      Sebelum pelaksanaan kegiatan Pos Gizi, semua anak diberi obat cacing ( 1 kali dalam waktu 6 bulan) dan Suplemen gizi yang dibutuhkan.






















BAB III. PROSES PELAKSANAAN POSGIAT DI PUSKESMAS JEREWEH

A.           Sosialisasi dan Mobilisasi Masyarakat
Pos Gizi Masyarakat adalah program masyarakat sehingga membutuhkan partisipasi aktif dari masyarakat. Karena proses ini menuntut penemuan dan aksi secara mandiri dari masyarakat, lembaga pelaksana tidak dapat menjalankan program Pos Gizi Masyarakatyang sukses tanpa adanya partisipasi dan dukungan dari masyarakat.

Di puskesmas jereweh dilaksanakan sosialisasi dan mobilisasi tentang posgiat pada tanggal 4 januari 2011 bersamaan dengan acara lokakarya posyandu yang dilaksanakan di gedung serba guna. Sosialisasi menjelaskan betapa pentingnya penanganan kasus gizi buruk dengan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) Pemulihan melalui Posgiat. Diutamakan PMT-P  pada Posgiat akan menggunakan Bahan Makanan Lokal yang mutunya tidak kalah dengan makanan produksi pabrik tetapi mudah kita dapat dan murah.

Mobilisasi dilakukan dengan cara :
1.      Mengadakan pendekatan dan pertemuan dengan Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan Kader Posyandu.
2.      Memberikan Orientasi dan bekerja sama dengan Petugas Poskesdes dan Pustu untuk mengkoordinasikan berbagai upaya kegiatan Posgiat.
3.      Mobilisasi Tim Kesehatan di Desa menggalang kemitraan dengan Pokja Jumantara dan Tim Desa  Siaga serta Kader Posyandu.

B.            Menentukan Target Kelompok Usia
Dalam banyak kasus, sumber dana  mungkin akan menentukan target kelompok usia dalam usaha  Pos Gizi. Jika hal ini tidak terjadi maka libatkan masyarakat untuk mengambil keputusan. Apakah anda akan memfokuskan pada seluruh anak dibawah usia tiga tahun? Atau semua anak dibawah usia lima tahun? Karena anak-anak tidak boleh diberikan makanan tambahan sebelum berusia enam bulan, maka target usia minimal adalah anak yang berusia tujuh bulan. Jika terlalu banyak anak berusia dibawah lima tahun yang harus diikut sertakan, pertimbangkan untuk mengundang anak-anak yang berusia antara tujuh bulan sampai tiga tahun ke dalam Pos Gizi. Anak dibawah usia tiga tahun mengalami pertumbuhan paling cepat dibanding pada usia lainnya, namun sangat rentan terhadap penyakit yang dapat merugikan dan menghambat pertumbuhan, dan memberikan respon yang paling baik terhadap usaha intervensi. Sebagai tambahan, penelitian membuktikan bahwa pada periode usia tersebut, status gizi anak berada pada
kondisi yang sangat rentan. Jika terjadi penyebaran kekurangan gizi di masyarakat dalam skala besar dan jumlah banyak, akan sangat bijaksana jika mengkonsentrasikan usaha-usaha kesehatan pada anak yang berusia tujuh hingga dua puluh empat bulan.

Pada Kesempatan ini puskesmas jereweh menyepakati bahwa kelompok usia yang diberikan PMT pemulihan atau makanan tambahan barada pada kelompok usia 6 bulan hingga usia 36 bulan.

C.            Melakukan Penilaian Data Awal Status Gizi
Penilaian data awal gizi dapat mengidentifikasi anak-anak yang kurang gizi dan berguna sebagai alat mobilisasi masyarakat. Sangat penting bagi anda untuk menimbang seluruh anak pada target kelompok usia. Berat badan per tinggi badan merupakan ukuran yang disarankan untuk menilai kekurangan gizi akut, atau kurus. Namun, karena berat badan per umur sangat sensitive berubah, maka metode ini digunakan pada kebanyakan program Pos Gizi untuk menilai anak yang berat badannya kurang.

Data awal untuk menentukan status gizi balita yang dipakai oleh Puskesmas Jereweh disepakati menggunakan indikator Berat Badan  menurut umur (BB/U). dan dari data awal didapati yang mengalami gizi buruk  4 (empat) balita dan yang berstatus Gizi Kurang tercatat 32 (tiga puluh dua) Balita yang tersebar di seluruh wilayah kerja Puskesmas Jereweh. Semua data tersebut didapat melalui kegiatan penimbangan masal yang dilaksanakan pada bulan januari 2011.

D.           Analisis Data Awal Status Gizi
Perencanaan program yang baik didasarkan pada pemahaman yang menyeluruh atas situasi yang sedang terjadi di dalam suatu masyarakat. Sebagai tambahan pada penilaian data awal gizi, informasi-informasi penting yang harus dikumpulkan adalah: Situasi kesehatan secara umum: cakupan imunisasi; kejadian serta manajemen kasus ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), terutama pneumonia, penyakit diare, malaria, dan cacingan pada anak; kekurangan vitaminA, penerimaan keluarga berencana; akses terhadap perawatan ibu dan anak. Angka dan penyebab kematian anak dibawah usia lima tahun: termasuk penyebab-penyebab medis (diagnosa) dan sistem (perawatan yang terlambat, perawatan berkualitas rendah, dsb.). Berbagai Perilaku dan kepercayaan saat ini: perilaku-perilaku pemberian makan dalam keluarga, pengasuhan dan mencari pelayanan kesehatan; kepercayaan-kepercayaan yang umum menyangkut makanan dan kesehatan, termasuk hal-hal yang tabu dan norma-norma, serta ketersediaan air bersih.

E.            Melakukan Survei pemeringkatan Kesejahteraan Sasaran
Membuat kriteria tingkat kesejahteraan bersama dengan masyarakat dan kerjasama dengan anggota masyarakat untuk mengklasifikasikan setiap rumahtangga berdasarkan status sosial-ekonomi. Usaha tersebut dilakukan untuk membedakan rumahtangga yang tidak mampu dengan yang mampu. Para kader Pos Gizi dan anggota-anggota tim kesehatan desa yang memiliki hubungan dekat dengan masyarakat dapat merupakan pihak yang paling tepat untuk merancang kriteria tingkat kesejahteraan karena sangat khusus secara biaya.



Dari hasil data awal status gizi balita dan setelah dianalisa serta dilakukan survey status sosial keluarga yang mengalami gangguan nutrisi di sepakati bahwa jumlah yang diberikan Makanan Tambahan Pemulihan hanya yang berasal dari keluarga tidak mampu. dari hasil survey terdapat 4 balita dengan Kasus Gizi buruk dan 17 Balita dengan kasus gizi kurang.

F.             Mengadakan Pertemuan Dengan Masyarakat
Melakukan pertemuan dengan masyarakat dilaksanakan dengan cara MMD (Musyawarah Masyarakat Desa) atau pertemuan tingkat Desa yang dilaksanakan pada awal bulan pebruari 2011 pada semua desa di wilayah kerja puskesmas Jereweh. Guna memperoleh umpan balik dari masyarakat untuk menentukan tempat dan kegiatan posgiat serta sasaran dan tujuan kegiatan posgiat. Dalam pertemuan tersebut kita bahas juga tentang hasil survey dan analisa data yang telah kami lakukan sebelumnya.

Melalui pertimbangan jumlah dan sebaran lokasi sasaran dan dari hasil pertemuan tingkat desa disepakati dan dibentuk 3 (tiga) lokasi Posgiat di wilayah Puskesmas Jereweh. Yaitu Posgiat Bahagia II yang berlokasi di desa Beru, Posgiat Batu Ketiri yang berada di Dusun Jelenga dan Posgiat Sudi Mampir yang ada di Desa Dasan Anyar. Dalam kesempatan itu pula di sepakati masyarakat yang melaksanakan kegiatan posgiat di masing-masing desa.

G.           Melaksanakan Pelatihan Kader Pelaksana Posgiat
Palatihan Kader Posgiat dilaksanakan pada bulan pebruari 2011 yang bertempat di gedung serba guna kecamatan jereweh. Adapun dilaksanakan pelatihan kader ini dengan tujuan :
1.      Meningkatkan pengetahuan kader posgiat dalam mengelola dan melaksanakan kegiatan.
2.      Menambah ketrampilan kader dalam mengolah atau memasak makanan tambahan bagi balita.
3.      Meningkatkan ketrampilan tentang observasi dan metode wawancara kepada ibu sasaran posgiat guna memonitoring dan memantau perkembangan sasaran.
4.      Dapat memotivasi dan menyebarkan informasi tentang gizi keluarga dan perilaku dalam mengasuh serta merawat balita dengan kasus gizi buruk dan gizi kurang.

H.           Menyusun Jadwal Kegiatan Posgiat
Dalam merencanakan/ kegiatan Pos Gizi Masyarakat harus mempertimbangkan  kriteria
berikut ini:
1.     Menjadwalkan dengan  segera setelah anak-anak ditimbang di posyandu
2.     Rencanakan kegiatan setiap bulan, atau setiap dua bulan, atau dalam pola musiman sesuai dengan bulan-bulan dimana anak-anak mengalami kekurangan gizi terburuk (kegiatan tsb umumnya tidak diperlukan lebih dari satu tahun periode pada setiap Posgiat)
3.     Rencanakan kegiatan Pos Gizi Masyarakat musiman untuk memberi para keluarga variasi menu sesuai dengan musim sehingga mudah diselenggarakan.

Di Puskesmas Jereweh Posgiat dijadwalkan menurut kesepakatan pengelola dengan masyarakat, dan disepakati jadwal buka posgiat pada hari sabtu dan minggu sore hari. Karena pada hari itu hari libur dan diluar kesibukan masyarakat. Untuk kasus Gizi Buruk dilaksanakan 1 minggu sekali dan untuk anak Gizi Kurang dilaksanakan 2 minggu sekali sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan.

I.              Merencanakan Menu Kegiatan Posgiat
Makanan tambahan diperlukan untuk merehabilitasi anak yang kurang gizi yang dihidangkan setiap hari selama kegiatan dua minggu tersebut. Menurut WHO, selama periode rehabilitasi, setiap anak harus menerima antara 150-220 kalori per kilogram berat badan per hari. Bila seorang anak makan kurang dari 130 kalori per kilogram berat badan tiap hari, tidak bisa terjadi rehabilitasi. Karena itu, program tersebut harus berusaha untuk menciptakan menu Pos Gizi yang mengandung 600-800 kalori tiap hari dengan 25-27 gram protein untuk setiap anak.  Dengan menu ini akan terjadi pemulihan dalam waktu singkat, para ibu balita/pengasuh akan melihat adanya perubahan nyata dalam waktu dua minggu. Ini akan memotivasi keluarga-keluarga lain untuk mengadopsi perilaku baru dalam pemberian makan tersebut.

Menyusun menu Makanan Tambahan juga harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

1.            Gunakan bahan lokal yang tersedia , sesuai musim dan terjangkau.
2.            Pastikan bahwa semua kelompok makanan ada dalam tiap hidangan makan sehingga anak-anak mendapatkan makanan yang seimbang.
3.            Memperhatikan Kebiasaan dan kesukaan anak dalam konsumsi makanan.

J.              Merencanakan Pesan Pendidikan Kesehatan
Karena kegiatan Pos Gizi Masyarakat dilaksanakan dalam ukuran kecil dan suasana yang akrab dimana para ibu dapat berkonsentrasi tentang kesehatan anak-anak mereka, maka ada kesempatan sangat baik untuk menyebarkan pesan-pesan pendidikan kesehatan. Para peserta bukan hanya sebagai “pendengar/penonton setia” tetapi mereka juga terbuka menerima pesan-pesan tersebut dan tertarik untuk menjaga kesehatan anak mereka.

Dalam hal ini program posgiat bekerjasama dengan program promkes dan lintas program lainnya  lainnya untuk menyusun pesan-pesan kesehatan yang berkaitan dengan masalah gizi buruk dan gizi kurang atau kasus malnutrisi.

K.            Memonitor Pelaksanaan Posgiat
Program Pos Gizi memonitor baik status gizi anak maupun status gizi masyarakat. Tiap-  tiap ibu balita/pengasuh mendapatkan sebuah KMS yangmenunjukkan kemajuan status gizi anak. Dengan informasi tersebut, ibu balita/pengasuh termotivasi untuk berbuat dan mempraktekkan perilaku rumah tangga yang dapat memperbaiki pertumbuhan anak. Petugas Kesehatan atau petugas Gizi dapat memberikan konseling khusus dan rujukan ke pelayanan kesehatan untuk membantu si anak mendapatkan pola asuh yang tepat untuk memastikan bahwa dia dapat bertumbuh dengan baik.

Dalam hal ini juga dilakukan analisa tumbuh kembang balita melalui KMS dan anamnesa atau wawancara langsung dengan keluarga balita yang mengalami malnutrisi dengan cara melakukan kunjungan rumah sasaran posgiat.

L.             Evaluasi Kegiatan Posgiat
Evaluasi secara harafiah berarti mengkaji nilai dari sesuatu. Adalah langkah yang penting dalam keseluruhan proses, menyediakan sebuah kesempatan bagi seluruh pihak yang berkepentingan dan pelaku untuk merasa memiliki berbagai prestasi dan kesuksesan proyek tersebut, mengidentifikasi dan melakukan analisis berbagai masalah, dan memberikan rekomendasi untuk pelaksanaan di masa depan. Evaluasi dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan spesifik. Tipe evaluasi yang dilakukan akan ditentukan oleh jenis pertanyaan yang ditanyakan, siapa yang menanyakan, dan sumber-sumber apa yang tersedia untuk menjawab mereka. Pertanyaan-pertanyaan berikut ini mengilustrasikan berbagai variasi strategi untuk melakukan evaluasi. Informasi lebih lanjut mengenai cara melakukan evaluasi peran serta, Bagaimana Cara Memobilisasi Masyarakat untuk Menciptakan Perubahan Kesehatan dan Sosial.

M.         Kegiatan- Kegiatan Lain di Posgiat
Pelaksanaan Posgiat di wilayah kerja Puskesmas Jereweh dari serangkaian kegiatan diatas juga dilaksanakan kegiatan Demo Memasak untuk menu PMT Pemulihan dengan Menggunakan Bahan Makanan Lokal sekaligus sebagai kegiatan Kelas Gizi untuk ibu balita sasaran Posgiat.




BAB IV PENUTUP

A.      Kesimpulan.
1.      Dalam pelaksanaan Posgiat melibatkan masyarakat secara luas sangat membantu akan keberhasilan program posgiat
2.      Memiliki sumber daya masyarakat yang terampil dan terlatih akan mempermudah setiap kegiatan posgiat yang akan dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan terhadap masalah-masalah gizi masyarakat.
3.      Kerjasama antar lintas sector dan lintas program serta antar petugas kesehatan di desa juga perlu di jalin sehingga pelaksanaan posgiat dapat berjalan sebagaimana mestinya.
B.      Saran
1.      Posgiat merupakan kegiatan yang sangat efektif dalam penanggulangan masalah gizi masyarakat, sehingga perlu adanya pembinaan lebih lanjut dari pihak-pihak terkait terutama dari Dinas Kesehatan tingkat kabupaten, yang selama ini sangat kurang dalam pembinaan posgiat di tingkat puskesmas maupun tingkat desa.
2.      Kemitraan atau kerjasama dengan pihak ketiga harus tetap berjalan apa bila tanpa adanya sumber dana yang memadahi maka kegiatan posgiat tidak akan berjalan secara maksimal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar